DUNIA MALAM
Di sinilah pasar hiburan malam Kota Kembang, yang menyediakan hiburan bagi hasrat lelaki. Para tamu, tentu saja pria, mengintip para perempuan lewat jendela nako. Para perempuan yang berdandan secantik dan seseksi mungkin itu pun siap ”bertugas” jika nomornya terpilih dan dipanggil si penerima tamu.
Dugem Maya.
Hanya ada satu meja resepsionis, tanpa petugas yang berjaga dalam
ruangan sederhana berlampu remang-remang. Tengah pekan pada akhir
Januari lalu, saat malam masih muda, ruang tamu sebuah lokasi hiburan di
pusat Kota Bandung itu dihangatkan beberapa penerima tamu berbaju seksi
yang siap mengantar tamu ke etalase perempuan penghibur. Itulah
secuplik dunia malam Kota Bandung, yang gelegaknya terus berdenyut
hingga dini hari, dan tiap hari pula.
Di sinilah pasar hiburan malam Kota Kembang, yang menyediakan hiburan bagi hasrat lelaki. Para tamu, tentu saja pria, mengintip para perempuan lewat jendela nako. Para perempuan yang berdandan secantik dan seseksi mungkin itu pun siap ”bertugas” jika nomornya terpilih dan dipanggil si penerima tamu.
Sembari menggaet tangan si tamu,
perempuan penerima tamu itu gesit mencarikan kamar, atau lebih tepat
dinamai bilik. Luasnya hanya 2 x 2 meter berikut kamar mandi di
dalamnya. Dindingnya tripleks yang dicat kuning, selaras dengan lampu
remang-remang, satu-satunya lampu di situ, yang juga berwarna kuning.
Hanya ada satu kasur sederhana, serta meja di ujung kamar, plus kaca
rias.
Di kamar apa adanya itulah
transaksi tiap malam berputar. Ris, sebut saja demikian, adalah salah
satu perempuan di rumah hiburan itu. “Saya sudah enam bulan di sini.
Sudah termasuk senior, karena yang lain kebanyakan baru beberapa
minggu,” kata wanita asal Cirebon berusia 36 tahun itu.
Sekali diservis, lanjut Ris,
tamu dipungut Rp 250.000. Itu biaya untuk sewa bilik beserta pelayanan
si penghibur. Ris keberatan menyebut berapa rupiah yang ia peroleh dari
Rp 250.000 itu. Yang pasti, selain mendapat uang dari biaya resmi, ia
kerap menerima tip dari tamu yang puas dengan pelayanannya. Nilainya,
bervariasi antara Rp 100.000 hingga Rp 300.000, tergantung belas kasih
si tamu.
Selain ruang berkaca “etalase”
itu, tersedia pula sebuah kafe sederhana yang bisa berfungsi sebagai
arena transaksi. Di kafe yang juga remang-remang itu, pria yang datang,
segera disambut perempuan yang siap menemani minum. Percakapan apa yang
terjadi selama minum? Bisa ke mana-mana. Termasuk, bisa berakhir dengan
kesesuaian harga, dan semuanya selesai di bilik mini itu.
Pusat hiburan ini tanpa
embel-embel, apakah dia panti pijat, spa, atau karaoke. “Kalau menyebut
panti pijat, kan memang di sini tidak menawarkan pijat,” tutur Ris.
Semua aktivitas di pusat hiburan itu berakhir pukul 02.00 dini hari, dan
dimulai pukul 12.00. Saat dimulai tengah hari itu, tutur Ris, hanya
satu-dua penghibur yang berjaga. “Maklum, di sini makin malam makin
ramai,” tambahnya lagi.
Pemandu
Lagu
Hiburan malam versi lain di
Bandung, persis juga dengan di Jakarta, berupa arena karaoke plus. Kata
“plus” di sini mengacu pada istilah perempuan pemandu lagu, biasa
disingkat PL. Lagi-lagi, di tempat karaoke plus seperti ini, tamu yang
datang melulu pria. Itu tak lain karena semua pemandu lagu adalah
wanita. Kebanyakan tamu datang berombongan, tiga hingga lima orang.
Heri J, seorang karyawan swasta
di Bandung, misalnya, kala itu datang di karaoke plus “B” di kawasan
Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, bersama dua teman kerjanya. “Sebelumnya
sudah pernah sekali datang ke sini, jadi ini yang kedua. Ya, sekadar
melepas stres setelah berminggu-minggu bekerja. Wajar kan,” ujar pria
berkaca mata itu.
Mirip dengan arena hiburan di
pusat kota yang telah disinggung di muka, arena karaoke ini juga
menyediakan “akuarium” PL yang segera ditawarkan untuk dilihat para
tamu. “Sekarang ini yang datang memang cuma sedikit. Tetapi semuanya
kualitas top,” kata seorang pria kenes mempromosikan delapan perempuan
di dalam kamar berkaca lebar itu. Setelah masing-masing memilih pemandu
lagu, mereka lalu masuk ke ruang karaoke, disusul pemandu yang sudah
dipilih.
Bertukar nomor telepon genggam
antara pemandu lagu dengan para tamu, sudah biasa. Setidaknya itulah
yang dituturkan Vire, salah seorang pemandu lagu di arena karaoke "B."
"Kalau sudah cocok dan enjoy dengan tamu, kami bisa saja janjian ketemu
setelah di ruang karaoke. Apa pun bisa terjadi," tutur Vire, yang baru
berusia 26 tahun, dan sudah berstatus janda beranak satu.
Kisah sehari-hari seorang
pemandu lagu juga diungkapkan Ativ. “Dua malam berturut-turut saya
mabuk, karena tamu banyak, dan mereka buka botol juga. Eh, sekarang
mabuk lagi,” kata Ativ, sambil menuangkan minuman berkadar alkohol
hampir 40 persen ke gelas tamu-tamunya. “Kalau mau minum, emang pasnya
sama saya. Dijamin asyik deh,” janji perempuan yang juga berusia 20-an
tahun itu.
Ativ dan teman-temannya tidak
hanya berkesempatan meminum minuman yang sama dengan tamunya. Dia bebas
memesan apa pun tanpa persetujuan tamu. Biasanya, mereka memesan
sebungkus rokok dan air mineral. Nanti-nanti, tambah lagi lainnya. Sang
tamu pun cuma bisa menandatangani bon pesanan Ativ tanpa tahu perkiraan
harganya. Selain itu, mereka juga bisa menyanyi lagu pilihan sendiri.
Dengan honor PL ditetapkan Rp
240.000,00 per orang, rombongan tamu bisa merogoh koceknya hingga Rp 2
juta lebih untuk menyanyi bersama PL selama 3 jam. Hitung saja harga
minuman yang biasa ditawarkan dan disajikan di pusat karaoke “B.”
Misalnya, paket 2 Chivas seharga Rp 900.000, yang setelah ditambah pajak
dan biaya servis Rp 180.000, menjadi Rp 1.080.000,00. Satu pitcher Coca
Cola? Siapkan Rp 226.000.
Seiring dengan makin larutnya
malam, perbincangan menghangat. Bermacam pengakuan pun meluncur, baik
dari tamu maupun PL. Ativ, misalnya, sempat menuturkan betapa ia sedih
mengingat hancurnya cita-cita masa kecil. “Sejak kecil cita-cita saya
sebenarnya ingin jadi dokter. Sampai sekarang pun masih memendam
cita-cita itu. Makanya, setelah adik saya diterima di Fakultas
Kedokteran, saya semangat membiayai. Ibu dan adik saya nggak tahu saya
kerja di sini,” katanya sembari mengusap air mata yang tiba-tiba menetes
di pipi.
Saat
Siang
Bagaimana jika siang hari? Ada
saja hiburan. Salah satunya berupa servis di panti pijat eksklusif.
Tarifnya? Tidak mahal-mahal amat. Untuk kamar standar, atau yang
termurah misalnya, cukup Rp 150.000. Bila sedang beruntung, Anda bisa
mendapat potongan harga Rp 50.000. Ada dua kelas kamar lagi yang lebih
mahal, yakni deluxe dan VIP. Kedua kamar ini “terisolir”, tidak berjajar
seperti kamar stándar, yang memungkinkan bisa mendengar suara
percakapan kamar sébelah.
Kamar stándar itu hanya 4 x 1
meter dengan suasana cukup privat, seperti lampu remang-remang dan
korden tertutup rapat. Setelah menunggu beberapa saat di kasur pijat,
gadis pemijat akan datang. Mengenakan rok mini dan blus ketat, si gadis
akan memperkenalkan diri dengan suara lembut plus manja, sebelum memijat
seluruh tubuh.
Seperti dituturkan Tin, bukan
nama sebenarnya, pemijat asal Sukabumi yang usianya belum menginjak 25
tahun. Ia bekerja di panti pijat eksklusif itu sudah tiga bulan,
bersamaan dengan pembukaan panti tersebut. “Waktu itu ada saudara yang
menginformasikan adanya lowongan di sini,” tutur Tin.
Setelah dilatih, Tin pun bekerja
melayani tamu-tamu panti. “Enak nggak enak sih,” ujar Tin yang berambut
sebahu. Enaknya, jika si tamu mau diajak ngobrol sehingga sembari ia
memijat, tidak merasa bosan. Yang membuatnya malas, bila tamunya hanya
nyenyak tertidur. Jika itu yang terjadi, Tin akan jenuh, karena selama
dia memijat, total butuh 90 menit, ia hanya akan mendengar dengkur si
tamu.
Bandung, yang berhawa sejuk dan
dikenal punya banyak aset wisata, mulai dari wisata alam, ilmu
pengetahuan, belanja, dan kuliner, juga mengandalkan kawasan-kawasan
hiburan untuk menggenjot pendapatan daerahnya. Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda) Kota Bandung mengklasifikan kawasan hiburan dengan 15
kategori, antara lain meliputi bioskop, diskotek, karaoke, klab malam,
panti pijat, kolam renang, dan insidental kesenian (termasuk di dalamnya
konser musik).
Menurut Sekretaris Dispenda Kota
Bandung, Hendar, realisasi penerimaan daerah dari bisnis hiburan pada
2010, melebihi target. “Semula, penerimaan dari hiburan pada 2010 kami
targetkan Rp 25 miliar. Tetapi realisasinya mencapai Rp 25,32 miliar.
Makanya 2011 ini target dinaikkan menjadi Rp 30 miliar,” tutur Hendar.
Yang menarik, di antara beberapa
pusat hiburan yang penghasilannya melebihi target, dua di antaranya
adalah karaoke dan panti pijat. Karaoke yang ditargetkan menggaet Rp 7,9
miliar, ternyata meraih Rp 8,4 miliar. Sedangkan panti pijat, dari
target awal Rp 2,2 miliar, menerima Rp 2,3 miliar. Ini Bandung, bung.
Kota dengan turis yang terus berdatangan, dan mereka nyata-nyata ingin
terus dihibur.
cara pemesanannya bagaimana..
BalasHapusSitus poker online terpercaya dengan tingkat kemenangan tinggi dengan bonus dan hadiah yang menarik.
BalasHapusjackpot hingga ratusan juta rupiah.
promo free chip untuk new member hingg ratusan ribu*
*ketentuan dan syarat berlaku
Agen Sbobet Piala Dunia 2018
Agen Sbobet
Agen Maxbet
Casino Online
99 Situs BandarQ Online Terpercaya Indonesia
9 Situs Ceme Online Keliling Terbaik
Prediksi Bola
Berita Bola
Poker Freechips
Domino99
Dewapoker